News Manokwari – Para petani tomat di Kampung Susweni, Distrik Manokwari Timur, Papua Barat, masih menghadapi persoalan klasik dalam pemasaran hasil panen. Hingga kini, harga jual tomat mereka sepenuhnya ditentukan oleh tengkulak yang beroperasi di pasar. Kondisi ini membuat para petani sulit menikmati keuntungan maksimal, meskipun hasil panen mereka melimpah.

Petani Terbantu Namun Tertekan
Salah satu petani, Lauri, menuturkan bahwa keberadaan tengkulak memang membantu mereka, terutama dalam hal permodalan dan kepastian penyerapan hasil panen. Namun di sisi lain, petani tidak memiliki posisi tawar yang kuat karena harga jual ditetapkan sepihak oleh tengkulak.
“Kami memang terbantu karena ditopang modal dari tengkulak di pasar dan hasil panen tomat selalu dibeli mereka. Tapi harga bukan kami yang tentukan, melainkan mereka. Jadi kadang saat panen raya harga bisa turun drastis, padahal biaya produksi kami tinggi,” ungkap Lauri.
Baca Juga : Harga Bahan Pokok Naik di Teluk Bintuni
Panen Raya Sering Rugi
Menurut para petani, saat musim panen raya justru menjadi masa sulit. Pasokan tomat yang melimpah membuat tengkulak menurunkan harga secara signifikan. Sementara itu, biaya produksi yang sudah dikeluarkan petani—mulai dari pembelian bibit, pupuk, hingga tenaga kerja—tidak sebanding dengan harga jual yang diperoleh. Akibatnya, sebagian petani hanya mampu menutup biaya produksi tanpa meraih keuntungan, bahkan ada yang merugi.
Perlu Campur Tangan Pemerintah
Kondisi ini menimbulkan harapan agar pemerintah daerah hadir dengan solusi konkret. Petani menilai perlu adanya intervensi, misalnya dengan membangun sistem pemasaran yang lebih adil, mendirikan koperasi tani, atau membuka akses langsung petani ke pasar tanpa harus bergantung pada tengkulak. Selain itu, bantuan berupa penyediaan gudang penyimpanan hasil pertanian juga dinilai penting agar petani bisa menahan barang saat harga anjlok.
Harapan untuk Kesejahteraan Petani
Petani tomat di Kampung Susweni berharap ke depan pemerintah bisa memberikan kebijakan yang berpihak pada mereka. Dengan adanya perlindungan harga dan akses pasar yang lebih luas, mereka optimistis usaha tani tomat dapat lebih menguntungkan. Harapan ini sejalan dengan upaya meningkatkan ketahanan pangan sekaligus kesejahteraan masyarakat di Papua Barat, khususnya para petani kecil yang selama ini menjadi tulang punggung sektor pertanian.








